17 December 2010

about hapiness

0 comments
Fiuuhh. Akhirnya kita sampai juga ya. Perjalanan tadi sangat panjang dan melelahkan. Tapi untungnya saya ditemani sama kamu jadinya kita bisa ngobrol banyak sepanjang jalan. Kalau dipikir-pikir lucu juga ya cara kita berkenalan tadi. Kita ternyata pernah satu sekolah tapi tidak saling mengenal, malah kita baru kenalan di dalam kereta tadi, haha. Kebetulan sekali ya

Tapi walaupun baru beberapa jam yang lalu kita berkenalan, saya merasa seperti kita sudah kenal lama. Seperti sejak beberapa tahun lalu. Mungkin karena kita pernah dibesarkan dalam lingkungan yang sama kali ya jadinya terasa tidak asing satu sama lain.

12 jam tadi terasa sangat cepat karena diselingi obrolan dan canda tawa kita. Kamu cerita kisah-kisah kamu sewaktu kecil sampai beranjak remaja. Kamu cerita tentang keluarga kamu, teman-teman sepermainan kamu sampai cerita cinta kamu. Begitu pun dengan saya, saya cerita banyak hal ke kamu.

Terima kasih ya sudah menemani saya. Membuat saya tertawa walaupun sebenarnya saya sedang sedih makanya saya melakukan perjalanan ini buat melupakan kesedihan dan masalah saya. Saya sangat beruntung sekali menemukan teman seperti kamu di saat seperti ini. Saya juga ada hadiah kecil nih untuk kamu, ini souvenir yang saya dapatkan saat saya traveling ke sebuah kota. Semoga bisa jadi kenang-kenangan ya.

Tuh lihat sudah ada yang menjemput kamu. Hati-hati yah. See you in the next chances.

Eh tapi sebentar deh.. tunggu dulu! Sepertinya saya kenal orang yang menjemput kamu. Itu siapa? Saya kayak pernah lihat di suatu tempat. Hmm bukan ya? Tapi mirip sekali. Ah yasudahlah mungkin hanya perasaan saya saja. Selamat jalan :)

Dia pergi.

Beberapa hari kemudian, saya kedatangan seseorang ke rumah saya. Dia seorang laki-laki bertubuh tegap dan memakai seragam coklat. Saya bingung, ada apa laki-laki ini mencari saya? Sepertinya saya gak pernah melakukan perbuatan kriminal. Pernah sih, mencontek teman saat ujian. Tapi kayaknya kurang kerjaan banget laki-laki ini menghukum saya karena perbuatan kriminal semacam itu.

Baiklah.

“Ada apa ya pak?” kata saya. Dia bertanya apakah saya mengenal wanita yang waktu itu menjemput kamu di stasiun. OHH.. wanita itu ya? Saya hanya tau kalau dia adalah temannya teman saya. Ternyata si bapak ini sedang mencari wanita itu karena sejak beberapa hari lalu, wanita itu hilang. Dan saya yang tidak tahu apa-apa, hanya berkata bahwa terakhir saya melihat wanita itu bersama kamu di stasiun.

Si bapak pun pulang tanpa informasi berarti.

Saya tidak tau kenapa si bapak bisa tau kalau saya kenal sama kamu. Atau mungkin memang dia terlalu pintar sehingga bisa menyelidiki kalau saya kenal kamu walaupun cuma di dalam kereta saat itu?

Kemudian saya berpikir. Apa yang membuat si bapak bisa menemukan saya? Bahkan dari saat berkenalan di kereta sampai turun di stasiun pun, kita tidak saling bertukar nomor telefon ataupun alamat. Saya hanya tau nama kamu, itu saja.

Mungkin kebetulan. Karena saya tinggal tidak jauh dari stasiun. Mungkin si bapak bertanya kepada setiap orang di sekitar stasiun ini. Mungkin saja. Karena hanya alasan itu yang terpikir oleh saya.

Kalau kamu baca tulisan ini, tolong kembalikan wanita itu. Saya kasihan melihat raut muka si bapak tadi yang tampak kebingungan dan sorot matanya sedih. Walaupun sebenarnya, saya juga sangat ingin melihat kamu bahagia. Waktu di stasiun itu, saat dia menjemput kamu. Kamu terlihat sangat sumringah, sorot mata kamu mencerminkan kerinduan pada wanita itu. Pasti kamu akan sangat sedih sekali dan merasa kehilangan bila wanita itu pergi.

Saya jadi bingung sendiri. Sebenarnya siapa yang lebih berhak atas dia? Kamu atau si bapak itu? Entahlah. That isn’t my business.

Tapi yang pasti. Saya hanya mengharapkan semuanya baik-baik saja dan berjalan di tempat yang seharusnya karena semua orang berhak untuk bahagia.

Happiness is not having what you want. It is wanting what you have.