23 June 2020

Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak

0 comments
The First Step

Setelah heboh dengan biaya kehamilan, persalinan dan tahun awal punya anak. Hal selanjutnya yang harus kita pikirkan adalah biaya dana pendidikan anak. Sudah sampai manakah persiapan kita?


Dalam Islam, anak laki-laki sampai dia baligh dan bisa menghasilkan uang sendiri merupakan tanggung jawab orangtua, sedangkan kalau anak perempuan bahkan sampai dia menikah, maka tanggung jawabnya beralih dari orang tuanya ke suaminya.


They are our responsibilities and they deserve to have a good education inside and outside even from early childhood.


Komponen yang harus kita perhitungkan dalam dana pendidikan anak adalah :

1. Biaya sekolah awal, termasuk di dalamnya uang pangkal, uang gedung, biaya seragam dan biaya buku
2. Biaya sekolah bulanan
3. Biaya les dan ekstrakulikuler

Menurut survey di Indonesia, inflasi dana pendidikan anak ini bisa mencapai 10%-15% per tahun! Jadi, mau tidak mau sebagai orangtua, kita harus sedini mungkin menyiapkan dana pendidikan untuk anak kita, apalagi yang anaknya lebih dari 1.


Memang anak membawa rejekinya sendiri, kita harus percaya bahwa nanti pasti ada ko rejekinya. Tapi, Allah juga menyuruh kita berikhtiar untuk mendapatkan yang kita inginkan, bukan pasrah gitu aja. Nah, menabung atau berinvestasi untuk menyiapkan dana pendidikan juga salah satu bentuk ikhtiar kita sebagai orang tua.


Biaya yang paling besar harus kita keluarkan sudah pasti adalah biaya uang pangkal. Inilah yang menjadi perhitungan paling dasar yang kami sangat perhatikan, sedangkan untuk biaya sekolah bulanan dan biaya les kami akan tetap alokasikan dari gaji bulanan.


Setelah dihitung-hitung, total biaya pendidikan Ninin sampai dia lulus kuliah yaitu sebesar 3.2 Milyar, sungguh investasi yang cukup besar yaaa hehe. Ini dengan asumsi inflasi 15% per tahun. Setelah di breakdown, tabungan yang harus disiapkan per bulannya adalah sekitar 12juta rupiah. Wow. Tapi jangan kecil hati dulu, ini soalnya sudah termasuk dengan biaya SPP bulanan juga yang dihitung per tahun.




Template excel untuk rincian rencana biaya pendidikan bisa didownload disini ya


Namun, tentunya dalam hal dana pendidikan ini juga harus disesuaikan dengan kemampuan kita ya. Ini dengan asumsi kita pengen sekolahin Ninin di sekolah swasta interntional untuk KB-SDnya, SMP sudah mulai dijuruskan ke nasional plus sedangkan menjurus ke negeri untuk SMA dan S1.


Biaya di atas sudah hasil riset langsung ke sekolah yang kami tuju ya, dengan asumsi inflasi 15% untuk semua komponen biaya.



Riset Biaya Pendidikan


Saya mendapatkan sumber dari ZAP finance, sebuah konsultan keuangan mengenai tabel perkiraan biaya sekolah di Indonesia. Ini riset tahun 2012, biaya meliputi uang pangkal awal, uang pendaftaran, uang seragam dan uang buku





4 Langkah Mewujudkan Mimpi Dana Pendidikan

Dalam survey yang dilakukan salah satu tabloid bisnis dan ekonomi beberapa waktu lalu, ternyata 90% orang tua di Indonesia telah mencoba mempersiapkan dana pendidikan untuk anaknya. Para orang tua ini menjadikan asuransi pendidikan sebagai produk favorit untuk mendukung persiapan biaya pendidikan anak, lalu diikuti dengan tabungan, emas, properti dan reksadana. Lalu, di antara sekian banyak jenis investasi, pilihan mana yang harus kita pilih?

1.  Memilih Sekolah

Biaya terbesar adalah uang pangkal dan uang pendaftaran di tahun pertama, ini yang harus pertama diperhatikan. Sedangkan untuk uang sekolah bulanan, kita bisa anggarkan dari gaji bulanan, tapi jumlahnya sebaiknya tidak lebih dari 10% gaji orang tua. Untuk yang orangtuanya freelancer bisa menyisihkan dana jika ada lebih atau membayarkan uang sekolah untuk 12 bulan di muka.

2. Menghitung Kebutuhan Dana

Misalnya saya mau menghitung kebutuhan jumlah dana pendidikan yang harus dipersiapkan Ninin untuk TK dan SDnya. Berikut adalah skema biaya, lama menabung dan tabungan per bulan yang harus disiapkan. Ninin saat ini berusia 2 tahun, TK berarti 2 tahun lagi, jadi lama menabung sekitar 2 tahun ke depan.



3. Menabung atau Berinvestasi?

Untuk mengejar inflasi pendidikan sebesar 10-15%, kita harus cermat memilih investasi yang tepat. Berikut skema jika Menabung vs Investasi yang kami buat. 

Personally, aku sudah berinvestasi di reksadana saham sejak 2015 (masih single sebelum menikah), sistemnya autodebet setiap bulan. Waktu itu datang langsung ke kantor pusat Manulife di Sudirman. Namun, untuk beberapa keperluan sudah diambil seperti untuk biaya menikah yang kami tanggung berdua (50:50 dengan suami). Tapi tetap sistem autodebetnya aku lanjutkan sampai sekarang, jumlahnya sekitar tabungan yang diperlukan setiap bulannya untuk biaya pendidikan di atas.

Tapi jaman now, udah banyak banget aplikasi online yang terdaftar di OJK untuk reksadana dan saham, beberapa contohnya yang aku tau itu IPOTGO dan Bibit.


Selain itu, dana darurat juga diperlukan untuk memproteksi seandainya dalam jangka waktu yang ditentukan kita tidak dapat memenuhi kebutuhan biaya sekolah anak, atau jangan sampai anak tidak bisa melanjutkan sekolah jika di tengah jalan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.


Cara lainnya selain dana darurat ini juga bisa menggunakan asuransi jiwa sejumlah lama menabung misal sampai anak kuliah di 18 tahun, jadi kita hanya perlu mencari asuransi jiwa dengan jangka waktu 20 tahun. Jika terjadi faktor kematian dalam durasi tersebut, nilai yang seharusnya disetor untuk berinvestasi akan tergantikan dengan klaim uang pertanggungan dari asuransi term-life.


Berikut hasil riset untuk asuransi jiwa :




Kira-kira yang mana yang kamu pilih? Kalau secara fungsinya, tentu no 1. Jadi, kalau ditawarin unit link atau asuransi pendidikan, mending gak usah ya karena lebih baik langsung investasi sendiri aja.


Oh iya, kalau aku dengan suami, kita tidak memilih asuransi ya karena unsur ghararnya dalam Islam, kami mengumpulan dana darurat sendiri aja. Mengenai asuransi pendidikan dan asuransi lainnya, silakan dengar kajian dari Ustad Khalid Basalamah di link Youtube berikut 


Semangat yaaa berinvestasi untuk biaya pendidikan anak kita. Investasi dunia dan akhirat insyaallah, aaminn.


Sumber : Make It Happen by Prita Ghozie, CEO & Financial Planner @zapfinance

Disclaimer : My educational background S1 Manajemen Keuangan Unpad