20 May 2015

First Lyrics

0 comments

“Hey,” He said, walking into the room with a big smile on his face. “I have something to tell you.”
“Yeah?” I asked, closing my laptop and putting it to the side, moving over and making more room for my boyfriend to sit down next to me on the couch.
“Okay, wait one second,” He said, putting up one finger and then running out of the room. He came back with his guitar in hand, beaming as he sat down beside me.
“What’s this all about?” I asked, and he shushed me with a smirk on his face. 
He started to strum the guitar to a tune I’d never heard, and all of a sudden he was singing lyrics I didn’t know.
"You’re like everything I’ve ever wanted, falling in love isn’t hard when I’ve got you,” He sang to me, singing a song with beautiful words.
I wanted to cry sitting there listening to the song, knowing that the song was written just for me. When he finished, he put the guitar down and looked at me expectantly.
“That was beautiful,” I smiled, leaning over and hugging him. He kissed the top of my head and smiled proudly, but still looking a little shy like he always did.
“It’s a song I’ve been working on, and I wanted someone to hear it, so I thought you should hear it because it’s about you,” He explained, “Though you may be a little biased.”
“What do you mean?” I giggled.
“You’re kind of obligated to like it,” He smirked.
“I’m not obligated to like anything,” I grinned, kissing his cheek. “But I did absolutely love it and it’s my favourite song and everyone else is going to love it too.”
“Thought so,” He said as I stood up off of the couch.
“Don’t get cocky” I told him with a smile as I left the room.

13 May 2015

Cerita Seru Selama Eurotrip

0 comments
Gue mau share juga pengalaman yang agak agak bikin trip kemarin jadi lebih berwarna. Tujuan sharing disini adalah biar kalo ada yang baca blog gue, bisa belajar dari pengalaman gue dan meminimalisir hal-hal yang di luar ekspektasi :

1. Tidur di Kualalumpur International Airport

Tidur di airport KLIA 1

Karena gue ngejar pesawat untuk early morning, jadilah gue berangkat ke Kuala Lumpur malem sebelumnya, terus karena males ke pusat kota, jadilah gue cuma numpang tidur aja di airport. Ini pengalaman pertama kali tidur di airport, agak ribet sih apalagi kalo sendirian.

Tapi gue cuek aja, karena ada beberapa cewe bule tidur di kursi airport juga. Namun, setelah gue menemukan tempat yang lebih sepi di depan mushola KLIA 1, gue jadi tidur disitu, geret-geret kursi biar panjang dan bisa dipake tidur. Tinggal pake penutup mata, hap! gue tidur dalam sekejap.

Tips untuk tidur di airport : bawa penutup mata, pasang alarm hp, dan yang terpenting amankan barang bawaan seperti uang, paspor dan kartu kredit di moneybelt yang dimasukin ke dalem baju kamu (kalo gue kemarin gue masukin baju dan gue tindihin moneybeltnya jadi posisinya di bagian bawah yang gak mungkin diambil orang kecuali gue berubah posisi tidur jd tengkurap), lebih aman lagi kalo kamu masukin barang bawaan ke storage baggage yang biasanya ada di airport, dengan bayar uang lebih, tidur kamu akan lebih nyaman ;)


2. Sepatu boots yang gue bawa kesempitan


Pas disini baru berasa kalo sepatunya kesempitan setelah pake kaos kaki, jadinya baru lebih enak jalannya kalo gak pake kaos kaki, walaupun keringetan gerah tapi gaya hahahha
OMG! ini big trouble karena gue akan banyak jalan selama di Eropa. Emang gue beli sepatu ukuran 37 karena ukuran 38 menurut gue kegedean, tapi gue lupa kalo mesti pake kaos kaki juga apalagi gue jalan di saat musim early spring, end of winter jadi masih lumayan dingiinn brrr.. Untungnya adalah gue bawa sepatu sneakers, jadi gue selalu bawa daypack dan nyimpen sepatu sneakers gue disitu in case gue kesakitan jalan pake boots. Tetep pake boots selain buat pengen gaya hahaha juga karena pake sneakers itu dingiiinn menusuk tulang kaki, jadi harus pake kaos kaki wool tebel biar ga dingin.

Tips bawa sepatu ke Eropa : if you are travelling on cold weather, prepare warm boots with wool dan sneaker dengan kaos kaki tebal, kalo spring atau autumn bawa at least senakers dan kaos kaki tebal plus angkle boots, kalo summer ya bawa sendal jepit dan flat shoes juga bisa, sneakers preferable sih karena kamu akan banyak jalan apalagi ditambah bawa beban backpack yang berat bisa bikin kaki cenut-cenut kalo salah bawa sepatu. Good luck!

3. Backpack Deuter 30L kekecilan untuk dibawa saat musim dingin



Ini Deuter 30L. Keliatannya emang gede dari belakang, tapi ada tulang melengkung di bagian punggung dan itu menyebabkan space di dalemnya jadi berkurang.
At least bawa 40L karena kamu akan bawa coat tebel, boots dan semua baju2 tebel. Kenapa gue bawa backpack? Karena gue mikir akan bisa lebih mobile dan fleksibel kalo bawa backpack ditambah lagi jalanan cobblestone dan metro di eropa banyak yang gak ada eskalatornya jadi harus naik turun tangga. Big no deh gotong2 koper berat sepanjang tangga. Pusing juga pas packingnya, banyak barang yang penting harus gue keluarin.

Tips bawa backpack : perhatikan bawaan yang akan kamu bawa, saran saya kalo kamu mau bawa 2 coat dan 2 sepatu (buat ganti-ganti gitu biar bisa foto OOTD, bawalah backpack 40L) tapi kalo kalo perginya gak perlu bawa coat sebenarnya bisa muat ko backpack 30Lnya. Ini khusus Deuter ya, karena sepengalaman saya waktu nyari backpack, beda merk bisa beda lagi liternya. Contohnya Deuter 30L itu lebih kecil spacenya dibanding Eager 30L, dst.

4. Hampir ketinggalan kereta ke La Spezia
Berawal dari itinerary yang belom fix karena gue gak bisa beli tiket regional secara online jadi cuma bisa beli di stasiun. Itinerary awal adalah gue mau keliling Firenze dari jam 9-12 malem, tapi too risky karena udah malem, di stasiun Firenze juga udah pada tutup dan di kota juga udah sepi. Toko-toko di Eropa biasanya tutup jam 5 sore jadi setelah jam 7 malam biasanya jalanan udah sepi. Pilihannya ada 2 : Nunggu kereta midnight – nyampe La Spezia sekitar subuh jam 4 pagi atau naik kereta yang 20 menit lagi akan jalan padahal gue belom beli tiketnya dan gue gatau linenya sebelah mana.

Akhirnya dengan spontan gue skip Firenze dan gue langsung beli tiket ke La Spezia, berharap sampai disana masih jam 12an dan masih bisa nyari hotel daripada gue harus nyampe subuh atau nginep di stasiun yang dinginnya sekitar 10 derajat hiks.

Pas beli ribet banget, gak bisa pake cash, cuma bisa pake kartu kredit. Gue masukin mastercard gak bisa dong diaaa, padahal visa gue udah tinggal dikit limitnya kepake beli tiket pesawat. Tapi akhirnya it works! Pake kartu visa.

So only 10 minutes left, setelah ngantongin tiket, gue kocar kacir nyari line tempat kereta tersebut berada.. Dimana oh dimana keretanya?? Ada sekitar 10 line, line A-J banyak banget pokoknya dan tulisannya juga ga ada yang menuju Pisa atau La Spezia. Ohiya gue beli tiket Firenze SMN – Pisa Centrale – La Spezia Centrale.

Setelah 5 menit nyari dan gak ketemu, untungnya gue ketemu bapak-bapak tua yang lagi ngerjain sesuatu (semacam tukang lagi reparasi apa gitu), gue samperin dan gue tanya kereta ke Pisa di line berapa?

5 minutes left dan sedihnya dia ga bisa bahasa inggris, gue yang frustasi cuma nyebutin “Pisa Centrale” berkali-kali sambil nunjukin tiket. Terus dia bilang AB.. Line AB maksudnya. Haaahh dan itu letaknya ada di paling ujung stasiun. Gue lari-lari kesana, lumayan di 10 derajat gue bisa keringetan hahaha. Nyampe line AB, gue ketemu petugasnya (ganteengg.. wakaka di Italy mungkin copet aja ganteng) dan gue nanya “Bener ini kereta yang ke Pisa? – ‘Iya.. tapi kamu udah stamp tiketnya belom?” – “Hah? Harus distamp ya? Belom. Ada dimana tempat stampnya?” Terus dia nunjukin ujung line AB tersebut.

Only 2 minutes left dan gue lari lagi untuk nge-stamp, untungnya di penjaga udah liat gue jadi gue berharap semoga keretanya nungguin gue, selain itu juga ada bapak-bapak paruh baya asal Amerika yang ikut nge-stamp bareng gue, dia juga gatau kalo harus ngestamp. Gue ketawa cengengesan sama dia.


Sempet-sempetnya foto tiket dulu setelah di stamp padahal lagi buru-buru hahaha. Oh iya jadi ini adalah alat buat ngestampnya ya. Warnanya hijau kayak kotak telpon, caranya masukin tiket terus geser ke kiri sampe bunyi "jeglek" gitu.

Akhirnyaaaa… Gue masuk ke dalem kereta pas kereta berbunyi uapnya, pertanda dia mau jalan. Fiuuhh masuk juga gue ke dalem, dan ternyata seatnya bebas milih yang penting kosong aja.

Sepanjang jalan gue ngobrol sama istrinya si bapak Amerika tadi yang duduknya depan gue. Dia turis juga, aslinya Iran tapi udah lama tinggal di Amerika, mereka berdua 9 hari liburan di Italy setelah sebelumnya dari Swiss. Gue salut banget sama orang tua yang tetep liburan mandiri tanpa ikut tour mewah ala orang Asia.

Si bapaknya ini lucu, no matter ini lagi musim dingin, dia tetep pake celana pendek dan kemeja Hawaii berasa mau liburan di Southeast Asia atau liburan summer hahaha. Si bapak ngobrol sama orang local Jerman dan gue sedikit-sedikit nguping yang mereka obrolin. Seru!

Tips naik kereta di Italy : Jangan mepet-mepet waktunya, at least setengah jam sebelum berangkat kamu harus udah disana karena harus nyari tau peronnya dimana (peronnya banyaakk banget) dan stasiunnya juga besar. Terus sebelum naik kereta jangan lupa nge-stamp!! Kecuali lo mau didenda puluhan euro :(

5. Ketipu di Coloseum Roma dan di depan Duomo di Milan



Saking excitednya, keluar stasiun Colloseo gue langsung sumringah menuju Coloseum, lalu di tengah jalan dicegat sama prajurit berpakaian ala Roman gtu, dia ngajak foto bareng. Gue bilang "Ini free? Bener ya ini free?" - Dia ngeles ini itu, gak jawab jelas iya atau ngga, sampe bilang mana kameranya? ayo kita foto. Setelah gue berfoto beberapa pose sama dia, dia malakin 10 euro ke gue. Gila kali ogah banget gue bayar 10 euro cuma buat foto ga penting sama dia.

Gue gamau, gue kekeuh. Dia juga kekeuh yauda 5 euro, gue tetep gamau. Gue bilang "Tadi kan gue nanya ini free, lo bilang iya. Gue gamau bayar. Mending hapus aja fotonya di kamera gue. Nih gue hapus semua"

Akhirnya dia melepaskan gue hahaha.

Tapi beda halnya dengan di depan Duomo Milan, waktu itu si negro nyamperin gue yang lagi foto-foto pake tongsis. Dia bilang "Sini mau ga gue fotoin? Kamu muslim ya? Dari Malaysia atau Indonesia?" Terus dia ngajak ngobrol segala macem. Setelah difotoin, dia makein gue gelang (tanpa gue minta dan agak maksa) dia bilang hadiah karena gue sesama muslim kayak dia. Perasaan gue gak enak. Bener kan abis itu gue disuruh bayar 10 euro lagi. Itu gelang ga bisa gue lepas, diiket mati sama dia. Gue bilang gue ga punya duit, gue mahasiswa dan backpacking kesini dengan uang pas-pasan. Akhirnya dia bilang "Yauda seikhlasnya aja deh terserah lo mau ngasih berapa", gue ngeluarin receh dari saku jeans, untung ada uang kecil, gue kasih 1 euro dan dia senyum pasrah hahaha.



6. Denda 10 Euro karena gak nge-stamp tiket di kereta ke Cinque Terre
Lagi-lagi gue gak belajar dari pengalaman hahaha. Waktu beli tiket dari Rio Maggiore mau ke Vernazza, gue gak ngestamp tiketnya, karena apa? Karena gue coba berkali-kali tetep ga bisa ke stamp. Bentuknya beda sama tiket gue ke La Spezia di atas, jadi gue ga ngerti kenapa ga bisa ke-stamp. Gue nanya sama cowok asal China yang mau ngestamp juga dan dia juga gak bisa. Jadilah gue pasrah naik kereta tanpa nge-stamp, berharap ga ada petugas yang meriksa karena sebelumnya juga ga ada petugas yang keliling.

Tapi ternyata gue lagi ga beruntung hari itu, tiba-tiba ada ibu-ibu petugas keretanya dateng dan dia nanyain tiket gue. Gue kasih, terus dia bilang “Ini belom divalidasi, kamu mestinya harus nge-stamp dulu.” – Gue bilang “Gue mau ngestamp tadi tapi gak bisa, ga ngerti kenapa”

Terus setelah debat dikit, dia bilang “Denda 10 euro” apaaaaa?? Huhuhu nangis. 10 euro kan bisa buat makan 5x, or at least 3x lah, sedih. Sebenernya dia baik, dia bilang kalo di peraturannya kalian harus bayar 50 euro, tapi karena kalian turis dan gatau jadi yauda 5 euro aja. Alhamdulillah.. dan emang di balik tiketnya tertulis peraturan bahwa tiket harus divalidasi sebelum kita naik.

Tips : Sebelum naik kereta di Italy, pastikan tiket kamu di-stamp dulu, biasanya alat stampnya ada di ujung peron. Kecuali kalo kamu booking tiket online dan nge-print tiketnya di rumah, kamu gak perlu validasi lagi di stasiun.

7. Nyasar karena ditunjukin arah sama orang mabok di Venice
Kereta dari Milan ke Venice sampai jam 11 malam. Untungnya gue udah email-emailan sama host AirB&Bnya mengenai how to get there, dia mengirimkan file dalam bentuk word jelas mulai dari airport, stasiun atau terminal ke rumahnya dia yang agak-agak mojok ngumpet.

Berdasarkan petunjuk, gue harus jalan kaki sekitar 5 menit ke arah bus stop dan naik bus dari situ. Setengah perjalanan gue ketemu orang Arab, orang local sana sih kayaknya, gue tanya bener ga bus nomor sekian lewat sini? Gue ga yakin bus masih ada karena itu udah jam 12 malem. Tapi alhamdulillahnya masih ada ternyata, jadi gue nunggu disitu dan dia dengan baik hati nungguin gue dan naik bareng ke busnya yang ternyata searah sama tujuan dia.

Terus di dalam bus, gue nanya lagi ke drivernya, tapi malah dijawab sama cowok dengan teriak-teriak, “Oh this is wrong direction. You have to turn around and take the bus in the other direction” – Mati kan. Gue salah naik bus katanya. Terus akhirnya gue turun di bus stop selanjutnya.

Setelah turun, tiba-tiba si cowo Arab ikutan turun. Terus dia ngomong ke gue “Bus lo udah bener yang itu kenapa lo malah turun? Cowo di dalem bus tadi itu mabok, makanya dia ngomong teriak-teriak gitu. Udah lo diem aja nunggu disini sampe bus selanjutnya dateng. Nih liat di petunjuknya bus lo ke arah ini kan? Nah bener jadi lo nunggu disini. Tunggu disini aja ya, percaya sama gue.. 20 menit lagi busnya dateng”

Gue bengong.. bingung. Mana yang harus gue percaya. Tapi karena ada petunjuk di bus stop itu gue jadi lebih yakin kalo gue udah di jalan yang benar, cieehh.

Terus setelah gue lama ngeliatin papan petunjuk, tiba-tiba si cowo Arab itu menghilang ke arah taman sebrang jalan. Entahlah.. kebetulan banget ketemu orang baik kayak dia.

Begitulah salah satu pelajaran yang gue dapet dari traveling :

“They Trust and don’t Always Need to be in Control”
Travelers have to rely on people they don’t know all the time. They deal with language barriers, cab drivers in strange cities and are often dependent on the kindness of strangers. Accepting the fact they can’t always be in control helps them build new relationships. They develop confidence in their ability to choose friends and acquaintances that are genuine and trustworthy.

Kesusahan ga berhenti sampe situ aja, gue masih harus jalan kaki tengah malem, mana hujan gerimis pula buat nyari AirB&Bnya. Si bus gak lewat bus stop yang deket rumah airbnb karena udah di atas jam 10, jadi drivernya bilang gue harus jalan nyebrangin jembatan sampai ke bus stop selanjutnya.

Jalan menyusuri jembatan gelap, gak ada orang dan mobil lewat. Cuma pasrah aja semoga aman dan jalannya bener. Sampai diujung jembatan, gue melihat rumah merah putih seperti yang dijelaskan di petunjuk. Ada kelegaan luar biasa saat melihat rumahnya tinggal 100 meter lagi. Akhirnya gue menuju kesana, mencet bel dan keluarlah tuan rumah airbnb gue menyambut dengan ramahnya huhuhu.

8. Hampir ketinggalan bus eurolines ke Amsterdam
Gue naik bus eurolines dari Berlin ke Amsterdam. gue udah perkirakan sekitar 1,5 jam nyampe dari hostel ke terminal bus. Gue naik metro dari stasiun deket hostel, sekitar beberapa stop tiba-tiba kereta berhenti dan semua orang turun, padahal pemberhentian tujuan gue masih beberapa stop lagi.

Bingung akhirnya gue ikutan turun. Ternyata ada perbaikan underground. Jadi gue naik ke atas (keluar dari underground metro) dan jalan kaki ke arah stop selanjutnya biar gue bisa nerusin naik metro ke terminal.

Yak lari-lari lagi karena waktu tinggal 45 menit. Pas nyampe stasiun metro selanjutnya gue bingung karena linenya banyak banget. Akhirnya ada satu cowok (muslim juga) dia nanyain ke gue “Mau kemana?” gue bilang ke terminal bus ini, stop ini. Dia bilang dia juga gatau karena dia baru disitu. Tapi dia bisa bahasa jerman dan dia nanya ke ibu-ibu yang jualan bunga di stasiun.

(Di saat genting gini gue baru nyesel kenapa gue ga refresh lagi basic bahasa jerman yang pernah gue pelajari 3 tahun di SMA huhuhu)

Dan dia nunjukin line yang seharusnya gue ambil. Oh thank God. Banyak banget pertolongan tiba-tiba yang gue dapet di saat gue lost dan bingung. Kebanyakan muslim, si Arab di Venezia dan si bule muslim di Berlin.

Akhirnya gue naik metro lagi ke terminal dan ketika sampai, harus jalan lagi agak jauh ke stasiunnya, padahal tinggal 15 menit lagi. Lari-lari sambil gendong backpack bukan hal yang mudah sist, tapi gue bersyukur gue ga bawa koper. Apa jadinya juga kalo gue lari sambil geret koper kan.

Sepanjang lari itu gue papasan sama cewe bule yang lagi lari juga ke arah terminal, pas gue tanya ternyata dia juga mau ke Amsterdam dan naik eurolines yang sama dengan gue. Akhirnya kita lari bareng sampe ke bis yang beberapa menit kemudian berangkat.

Mungkin kalo gue telat 5 menit aja sampe terminal, gue harus ngeluarin uang extra untuk beli tiket kereta ke Amsterdam. Fiuuhh.. Begitulah Jerman, mereka sangat disiplin masalah waktu.

9. Hampir gak bisa pulang ke Indonesia
Hah?? Ga bisa pulang ke Indonesia? Panik kan. Bukan, gue bukan ketinggalan pesawat kayak di Malaysia waktu itu ko hahahaha. Jadi begini ceritanya..

Tiket Garuda Indonesia gue sebenernya routenya adalah :
Kuala Lumpur – Jakarta – Amsterdam – Jakarta – Kuala Lumpur

Itu makanya gue bisa dapet murah hahaha. Mungkin si GA ini mikirnya biarlah dia ngasih harga 4,5juta asal kursi terisi penuh dengan cara ngambil penumpang dari Kualalumpur juga baru dibawa ke Jakarta.

Jadi gue check in 2 jam sebelum keberangkatan. Pada saat check in, petugasnya (cewek bule) ngecek berat backpack gue yang ternyata lebih dari 7 kg, kalo ga salah 10 kg deh saat pulang karena bawa beberapa oleh-oleh yang agak berat.

Sedangkan gue baru tau bahwa syarat cabin baggage Garuda Indonesia adalah 7kg!!!

“All passengers travelling on Garuda Indonesia flights are permitted one piece of carry-on baggage weighing a maximum of 7kg. All carry-on baggage must measure no more than 22" (56cm) in length, 18" (45cm) in width, 10" (25cm) in depth and the total of all three measurements must not exceed 45" (115cm). Carry-on baggage is carried in the passenger cabin free of charge and as such, all items are the responsibility of the passenger.”

Damn you Garuda! Gue kesel banget kenapa pelit banget sih cuma 7 kg. Padahal Air Asia Long Haul dari Korea ke Jakarta aja bisa sampe 15kg untuk free carry-on baggage. Sumpah kesel huhu. Padahal di Jakarta gak ditimbang sama sekali karena dia liat gue cuma bawa backpack gitu. Tapi di Amsterdam petugasnya gak kenal kompromi. Kzl.

Lalu apa yang gue lakukan? Nambah bagasi? No way. Bukan karena gamau nambah duit aja, tapi karena gue mau kabur saat pesawat landing di Jakarta, jadi gue ga nerusin flight ke Kuala Lumpur, sedangkan kalo tas gue masuk bagasi kan bagasinya kebawa sampe Kuala Lumpur, jadi otomatis gue ga bisa kabur hahaha.

Jadilah gue bongkar-bongkar tas di bandara, gue agak menepi ke tempat counter check in yang kosong dan mulai membongkar tas disitu. Akhirnya segala macem toiletries gue keluarin, boots gue pake dan sneakers gue masukin, coat gue pake dua-duanya di badan, baju pake dobel lagi sampe 4 lapis (sumpah gerah!).

Setelah gue keluarin barang-barang dan gue timbang di counter check in yang kosong, akhirnya tas gue 7,5 kg. Gue ga tau apalagi yang bisa gue keluarin. Akhirnya dengan licik gue naro satu kantong berisi beberapa oleh-oleh di deket counter check in kosong itu dan gue balik ke counter check in Garuda lagi untuk check in, lalu gue berencana balik lagi kesitu dan ngambil lagi barang gue.

Lalu gue balik ke counter check in GA, bagasi lolos 7kg. Terus dia nanya “Tujuannya ke Kuala Lumpur ya? Ada tiket dari Kuala Lumpur ke Indonesianya gak? Ke Jakarta atau Medan mungkin?”

“HAAAHH??” Kenapa banget dia harus nanya itu LL

Gue ngeles “Gue mau holiday lagi di Kuala Lumpur, nanti gue baru beli tiket kalo udah disana aja”

Dia jawab “Sorry, you can’t boarding. You must have a ticket flight back to Indonesia from Malaysia, because your passport is Indonesia passport.”

Apalagi ini mamaaahhh :(

Dengan lunglai gue jalan ke samping counter check in, lemes dan deg-degan.

Rencana gue untuk kabur di Jakarta ga bisa dong, gue harus tetep ke Kuala Lumpur huhu. Akhirnya gue menepi lagi, only 30 minutes left before boarding. Kebayang ga kalo gue ga bisa naik pesawat ini dan ketinggalan pesawat ke Jakarta? Ga lucu kan gue harus bayar tiket belasan juta untuk bisa pulang? What’s the point dong gue rencana budget travelling kalo ujungnya begini? Sedih. Galau.

Sambil gemeteran dan panik mau nangis, gue buka Air Asia application di hp gue, gue coba beli tiket dari Kuala Lumpur ke Medan (paling murah, Cuma Rp 250,000) pas gue mau bayar pake kartu kredit, kode konfirmasinya dikirim lewat no hp Indonesia gue yang kalo gue aktifin ya harus aktifin roaming which is bakal mahal juga.

Terus gue lari ke counter sales tiket, gue nanya “Disini bisa ga beli tiket Air Asia?” – “Gak bisa, ga ada Air Asia disini”. Huhuhu kalo naik Garuda ya mahal lagi kan.

Galau dan panik, tinggal 20 menit lagi. Tapi gue harus tetep tenang 

Gue nyoba pake kartu kredit lainnya dan akhirnya confirmed.

Terus pada saat itu juga.. Mba petugasnya nyamperin gue “Hi, you can boarding now. You don’t have time to buy ticket now. You can go to Jakarta, with you baggage as well. We will cancel your flight to Kuala Lumpur.”

KENAPA GAK DARITADI SIH MBAKNYA????

“Oh thank you.. but I already bought ticket from Kuala Lumpur to Indonesia.”
(dengan ekspresi muka bingung)

“Can you cancel the booking? Or refund?”

“I don’t know. Hope so”

Dia menjelaskan bahwa dia kasian ngeliat gue “try hard for buying ticket” hahaha. Mungkin muka gue udah melas banget kali ya, sambil panik gitu.

Lalu check-in lah gue.. Tinggal 15 menit lagi sebelum pesawat boarding!

Dimulai lah lari-lari ngejar pesawat sekarang. Nyampe counter imigrasi ternyata ngantri. Hah stress, tapi gimana lagi pasrah, ga mungkin kan nyerobot. 5 menit terbuang di counter imigrasi.

5 menit lagi, gue lari sprint ke boarding gate. Jauh banget pula nyet huhu. Gue harus lari bawa backpack dan pake boots di lantai bandara yang licin.

Lalu sampailah gue di boarding gate, masih harus dicek lagi aja loh barang bawaan gue.. Oh Amsterdam Schipol… Tas gue kena screening, dibongkar lagi. Buset deh gue ga bawa ganja ko Pak..

Begini percakapan gue sama si Bapak :
“What is this? Ohh souvenir from Rome? You went to Colloseum? Oke. Venice, Vienna, Prague.. Wow you’ve been traveled to many cities? For how long?”

Yah pokonya begitulah, gue jawab seadanya sambil senyam-senyum aja, capek. Dia mupeng sama gue karena gue abis jalan keliling Eropa hahaha. Akhirnya emang ga ada apa-apa di tas gue, jadilah gue lolos.

Dan ternyata pesawatnya delay….

Krik krik.

YAUDALAH GPP YANG PENTING GUE BISA SAMPE RUMAH….

ALHAMDULILLAH, pelajaran lainnya yang gue dapet..


"They Know how to Manage their Emotions"

Frequent travelers experience varying levels of stress routinely; tight flight connections, interrogations by border guards, and rude hotel staff can all cause ones nerves to fray. Travelers hone the ability to manage emotions and remain calm under pressure developing keen self-awareness. Being self-aware increases productivity and helps people find what makes them happy in life, the ultimate success.

Sekian cerita gue hahaha lucu, seru, menegangkan…

Kenapa Kamu Travelling?

1 comments
Gendong-gendong backpack 10kg ke hampir 10 kota, backpain plus lagi period (kebayang ga nyerinya? tapi tetep ga boleh manja).. Nyiapin itinerary, missed dikit bisa ketinggalan kereta atau bahkan pesawat dan menghancurkan semua detail perjalanan. Capeekk.. tapi seneng karena pengalamannya luar biasa hehehe :"))

Kalo kata temen, "Jalan-jalan mulu Den, kerjanya kapan?"

Gue mungkin show off jalan-jalan gue karena gue happy dan pengen share ke semua orang agar mereka percaya kalo dimana ada keinginan, disitu ada jalan (dan tiket promo) haha, tapi apakah gue kerja apalagi sampe lembur tiap hari (dulu sih...) harus gue share terus? hehehe.

Weekend juga jarang hedon di kafe atau nonton konser, paling banter nonton bioskop (itupun di bioskop yang tiketnya murah hahaha gamau rugi), makan juga jarang banget yang mewah-mewah, kecuali ada moment tertentu.

Di balik foto-foto senyum riang gembira, banyak kesusahan juga di baliknya...

Di balik check in di kota-kota metropolitan dunia, ada merana lembur kerja sampe malem.

Di balik pertanyaan "gajinya gak abis-abis ya Den?", ada perasaan ngenes ketika uang gaji bulanan tinggal sisa buat makan, ngasih ke orang tua dan uang jajan ke adik-adik karena hampir 70%nya ditabung.

Di balik pertanyaan "cutinya unlimited ya Den?", ada kerja weekend yang diganti dengan jatah day off di hari lainnya.

Di balik foto-foto kece di luar negeri, ada pertanyaan Mama "kamu ko baju kerjanya itu-itu aja? gak beli baru biar gonta-ganti? gamau beli pashmina lucu-lucu tuh biar kayak hijabers?" yang biasa gue jawab "gpp mah, yang penting cantik, mau pake baju robek2 juga tetep cantik kan hahahaha"

Di balik duduk dan makan enak di pesawat top airlines, ada air mata yang jatuh saat menunggu kereta di stasiun, karena capek kerja ko gini amat ya? ya begitulah, life hehe.

"Terus gimana caranya bisa jalan-jalan terus? Apakah prioritas lo itu travelling?" Ada yang pernah nanya gitu juga ke gue, mungkin sekarang orangnya lagi baca blog ini juga hahaha.

Gue bilang "Prioritas gue gak melulu travelling ko. Tapi gue berpikir mumpung gue masih muda dan belom banyak tanggungan (anak, atau cicilan rumah, mobil, etc) Jadi ini adalah saat yang tepat untuk gue traveling, melihat dunia dengan mata sendiri, gak cuma liat di wallpaper laptop atau foto-foto di instagram lonely planet."

Karena akan datang saatnya gue harus meminta izin sama suami gue kalau gue mau melangkahkan kaki ke luar rumah.

Karena nanti akan ada saatnya gue sibuk nyari uang untuk biaya pendidikan anak-anak gue, atau mungkin jadi ibu rumah tangga yang bertanggung jawab ngurus anak-anak gue sendiri di rumah, bukan ngasihin ke pembantu atau ke orang tua gue.

Karena nanti akan ada saatnya dimana kaki gue terlalu lelah untuk berjalan, badan gue terlalu letih untuk seharian keliling kota atau diving snorkling di pantai.

Gue mau nanti gue punya banyak cerita ke anak gue, "never give up on your dreams dan bermimpilah setinggi mungkin", mau kuliah di luar negeri, dapet beasiswa ataupun hasil kerja keras sendiri, atau mau traveling dan melihat dunia dengan mata sendiri, biar gak jadi orang yang berpikiran sempit, apalagi menganggap orang lain "pamer" karena ngeshare foto-foto liburan mereka, padahal mereka justru ingin berbagi karena ingin orang lain terinspirasi dan yakin kalau mereka mau pasti ada jalan, untuk apapun itu (in a good way)

Gue mau anak gue tau walaupun perempuan, tapi harus mandiri, harus bisa menghasilkan uang sendiri dan tidak tergantung sama orang lain, termasuk suami sendiri. Apalagi kalo udah kerja, sebaiknya malah ngasih ke orang tua, bukannya minta dan menyusahkan.

Dari dulu kalau gue pengen, gue dengan mudahnya minta uang jajan ke orang tua buat traveling at least ke Singapore. Tapi gue gak pernah melakukan itu, karena gak enak. Udah disekolahin di sekolah terbaik juga udah bersyukur.

Belajar siang malem biar dapet universitas negeri, padahal bokap udah nawarin untuk gue kuliah di Jerman. Tapi gue menolak, gue bilang "Aku mau kuliah disini aja biar deket mama papa", padahal gue gak tega sama mereka, adek-adek gue juga masih butuh banyak biaya untuk sekolahnya. Masa gue bisa seegois itu?

"Terus apakah gue punya tabungan?" Tentu aja punya.. cukup buat DP rumah kalo gue mau, tapi sementara gue sisihkan untuk orang tua gue dulu. Biar mereka doain gue untuk punya rejeki lebih, biar bisa beli rumah, mobil dan tetep jalan-jalan juga hehe. Karena gue percaya doa dan restu orang tua itu keajaiban. Bisa mengubah mimpi dan cita-cita kita jadi kenyataan. Wallahualam ;)

This is a cool article about "15 Reason Why Frequent Traveller Are More Likely To Be Succesful)

Dan artikel ini sedikit banyak menyadarkan gue bahwa banyak yang gue dapet dari traveling. Jadi lebih percaya diri, berani keluar dari comfort zone, lebih bersyukur dengan apa yang gue punya, lebih mandiri, lebih bisa adaptasi dengan baik, gak judgmental dan bisa menerima perbedaan, lebih bahagia dan yang terakhir bener sih..

"They may not be rich but they know how to save and spend wisely"

Ciao!

http://www.lifehack.org/articles/productivity/15-reasons-why-frequent-travellers-are-more-likely-successful.html

1. They Know how to Thrive Outside their Comfort Zone
2. They Welcome and Embrace Change
3. They Know how to Manage their Emotions
4. They Trust and don’t Always Need to be in Control
5. They Manage Fear and move Past it
6. They Recognize and Seize Opportunities
7. They Know how to Negotiate to get What they Want
8. They see Beauty Where Most don’t
9. They are More Confident and Know how to Fake Confidence when Vulnerable
10. They Better Understand Differences in People and are More Accepting
11. They Know When to live in the Moment
12. They Smile More and feel Happiness More Often
13.They Understand the Importance of Listening
14. They are Less Judgmental and More Empathetic
15. They may not be Rich but they Know how to Save and Spend Wisely

12 May 2015

The Charming Old Town of Prague

0 comments
Prague...
This is the highlight of my overall trip.

The trip to Prague, we started from Zob AM Funkturm, inter-city bus terminal between countries in the European Union. We use a Eurolines bus. Costs for commute by bus is relatively cheap, at only 21 euros, or about 310,000 rupiah (if 1 euro = 14,800 rupiah) from Vienna to Prague.

The bus service was not inferior to train or plane. The bus is very punctual. There are facilities toilet, free wifi, magazines, newspapers, supplied free drinks, etc.




I think for the price that much and with the complete facilities, I highly recommend using eurolines for your travelling around Europe. The journey from Vienna to Prague take about 4 hours (but for my experience, was not even up to 4 hours).

In fact, the actual travel time is less than 4 hours. It is great to avoid delays in resuming passenger next trip. We departed from Vienna around 6 pm and arrived in Prague about half past 10 at night.

When we just arrived in Zob AM Funkturm, we went to money changer and exchange our Euro to CZK, then we bought a 2 hours pass using metro to reach hotel.

Our hotel just in front of the exit station, so it is recommended for you to book a hotel that near to the station, city center or other landmark/mall. But if you take AirB&B, it will be more harder to find the house/apartment, so I suggest to contact (email or call) the host first before the day you arrived and ask for "how to get to their house/apartment"

The next day we started our adventure in the city center of Prague with first visited the Wenceslas Square. Prior to Wenceslas Square, we buy a one-day ticket costs 110 Kc or the equivalent of 4.4 euros (1 euro = 25 Kc).



Wenceslas Square 


We used metro line A, and stop at Malostranska to reach Prague Castle. Prague Castle is the most historic monuments in the Czech Republic because it is where the King stay.

It is the largest ancient castle in the world (570 m long, on average 128 m wide, area 7.28 hectares). 

Constructed in the 9th century by Prince Bořivoj, the castle transformed itself from a wooden fortress surrounded by earthen bulwarks to the imposing form it has today.

There are St. Vitus Cathedral, Lobkowicz Palace and Changing Guard Ceremonial in the gate. Since this place located in the hill, so it offers a great view of Prague city from above.













Prague from above was so stunning!!

We actually really want to explore to the inside of castle. But because we did not have enough time, eventually we immediately headed to the next destination, the Charles Bridge.

From Prague Castle to Charles Bridge we also simply walk away because it is quite close. Charles Bridge is very beautiful in my opinion, quite similar with a few Pont in Paris, cleaner instead.





 


One more thing that I salute from Prague's city, the city is very clean and orderly. I thought Prague is a kind of Paris, the pretty but dirty. My hunch turned out completely wrong, the town is very pretty and clean, the air was cool. The weather was very bright, lucky us.

We took a lot of photo in the middle of the Charles Bridge and if you look to the left of the bridge, there is Kafka Museum. This museum is dedicated to Franz Kafka, a famous writer born in Prague.

Unfortunately we were not able to visit Kafka Museum due to time constraints. But certainly, Kafka is very famous in Prague, his name is dedicated as a street name, the name of the museum, a restaurant, to the hotel.








In my opinion, it is very reasonable if a Kafka could write such beautiful way because he was stayed in a very beautiful city of Prague.

In the Charles Bridge, we can buy various souvenirs for many vendors who sell along the bridge, ranging from key chains to face painting.

There are also many art workers who play the violin, singing, playing the guitar. I think, crossing the Charles Bridge is my favorite activity when in Prague.

When beautiful architecture, art, music and good weather blended in one place..









After crossing the Charles Bridge we move toward the historical clock, clock which is said is the only one in the world and the sole architect of this clock were beheaded so that he could not create such beautiful clock elsewhere.






After the Historical Clock we moving towards Muzeum. This Muzeum is the old town of Prague city center, there are many outlets branded clothing here, other than that the place is also filled with cute cafes, and many young people of Prague to hang out here. Perhaps it could be called Muzeum outdoor mall because it is often used as a meeting point of the citizens of Prague.






We rested long enough in Muzeum, take some photos until then we decided to go hotel because scheduled our bus tickets is 17:30 PM 

That's the story of my trip for one day in the City of Prague. Somewhat dissatisfied because there are many beautiful places that have not had time I visited while I was in Prague, but at least I've visited 4 places to visit while in Prague.

My impression of this city is the City of Prague is very pretty, very historical, people are more friendly than Paris, clean, and orderly.

Perhaps many people judge Paris is the most beautiful city in the world, but for me so far from all the cities I've visited, Prague is the most beautiful city in addition to Venice.

If you do not have much time, visiting Prague can be done in less than a day like I did and you will be amazed by the beauty of this city despite only being there for a day.

The Musical City Vienna

0 comments

The trip from Venezia to Vienna is the best trip ever. Inside the train, we were mesmerized with the scenery outside. It was surreal, beautiful, lovely, calming, and whatsover describe it





We can see the snow ski from inside the train. Unfortunetaly, we can't afford for ski :((
Well, we still have much time until forever to visit it someday ;)

Walking through Vienna is a bit like walking into the pages of a fairytale, as a horse and carriage trots past one ornate palace after another. The Austrian capital is bursting with Imperial history and Baroque architecture, with a musical accompaniment by Mozart and Strauss. But there’s also a more modern side, with Art Nouveau and modernist art, and a darker side to the city as depicted in The Third Man


Like in many famous European capitals, the sheer number of visitors here each year can push up the prices. But it is possible to fill yourself up on the city’s history, culture and 
sachertorte without having to spend big. So here are my top tips for experiencing all that Vienna has to offer without blowing your budget.

1. St Stephen’s Cathedral

One of the best views in the city centre is from the South Tower of St Stephen’s Cathedral, 137 metres up. Entry to the cathedral itself is free but if you want to climb the 343 steps to the top of the tower, it costs €4 (open daily from 9am–5.30pm).









2. Schönbrunn Palace

“From the 18th century to 1918, Schönbrunn was the residence of the Habsburg emperors…Together with its gardens, the site of the world’s first zoo in 1752, it is a remarkable Baroque ensemble and a perfect example of Gesamtkunstwerk.”
In my opinion, it’s like the Austrian Versailles! Really, if Baroque art and architecture are your thing, this is a great place to visit, and if you don’t want to spend any money, the gardens are free! Schönbrunn is a great place to live out your Austro-Hungarian Empire Royal fantasies.



















3. Vienna’s Easter Markets


The Easter market in front of Schönbrunn Palace is considered to be one of the most romantic Easter markets. In front of the backdrop of the palace, 60 exhibitors offer all sorts of culinary pleasures as well as decorative Easter decorations and handicrafts from Austria. 

Children have fun in the Easter Bunny workshop, where they shape marzipan bunnies and make Easter flower arrangements, in the Easter nest hunt and in the Kindermuseum, while the adults enjoy the entertainment at "Jazz at the Easter Market".

Schönbrunn Palace Easter Market
03/21/2015 - 04/06/2015, daily from 10.00 am to 6.30 pm











4. Getting around Vienna Old City

I have a flexible itinerary in Vienna. I just planned to walking around the capital city of Austria, but it turns out that walking around the city was one of the best things I could do — because Vienna is drenched in incredible architecture.







My first impression of Vienna was that it reminded me of a combination of New York and Paris.  New York, surely, for the modern shopping areas that seemed to sneak into every neighborhood of the city.

But Vienna reminded me so much of Paris.  Not for its glamour — I find Paris’s glamour inimitable — but for the jaw-dropping buildings that seem to dot the streets, springing up from everywhere.  Vienna was a great way to see incredible buildings without booking flight to Paris.

Buildings like these.



Other buildings reminded me of specific sights within Paris.  The building below, in Museumsplatz, seemed to evoke Paris’s Musee d’Orsay, a former train station:


But for me, the biggest treat was seeing Vienna’s buildings at night.


I just loved how everything was lit beautifully.


The University of Vienna, seen just before the sky went from royal blue to black, was one of my favorites:

I Love Vienna Because?

I have to quote a friend answering this question: “Vienna, you can love or hate it. It depends if the sun is shining or not.“
Today, the sun was shining, reflecting images in the golden ornaments of the old buildings, and I loved Vienna sitting in the Stadtpark, watching students having a picnic in the grass, busy suit-wearers talking on the phone and old ladies walking their dogs chatting about the latest disaster with their neighbours.