25 October 2012

About Loving You

0 comments



Loving you feels like learning a foreign language. At first it doesn’t make any sense to me and I don’t understand what I keep doing wrong. I’m flustered and I sound stupid. But the point of learning a language is that the more time you spend with it, the better you get. 

Being in love with you feels like learning more about you, what you like, what you don’t like. Loving you feels like being out and seeing something that reminds me of you. 

Love is like being fluent in you..

15 October 2012

Single and Married Life

0 comments
Ceritanya hari minggu yang cerah itu gue iseng keliling Jakarta main sama temen gue. Dari mulai nemenin dia ke dokter gigi di daerah Cempaka Putih, lalu gue medical check up di daerah Matraman, lanjut makan soto mie di pinggir jalan tapi enak banget daerah Gambir. Lanjut lagi agak ke selatan, Pacific Place. Maklum, temen gue ini belom pernah ke mall yang ngehip di Jakarta itu hahaha dan akhirnya kita berujung di sana.

Terus secara kita masih kembung abis makan soto mie pake nasi dan satu gelas besar es kelapa muda di daerah Gambir itu, mau nonton juga masih jam 11, akhirnya kita end up duduk-duduk cantik sambil ngemil pancake di Pancious. 

Ngobrol ngalor-ngidul tentang kehidupan setelah kita kerja sekarang, tentang usaha dia buat move on dari mantannya, tentang pacarnya yang sekarang sibuk sampai gak punya waktu buat dia. Lalu tentang gue dan kerjaan gue, tentang gebetan-gebetan lucu gue hihi. Tentang kenangan-kenangan masa kuliah di Bandung yang selalu dan selalu gak pernah bisa habis untuk dibahas. Yah itulah.

Sambil ngobrol-ngobrol dan makan, gue merhatiin orang di sekitar situ. Di samping meja gue, isinya anak-anak ABG cewek yang rame banget ngobrolnya, gue rasa mereka lagi merayakan ulang tahun salah satu temannya, gue menerka-nerka sama temen gue "Kira-kira mereka SMA, kuliah atau kerja ya?", dilihat dari gaya berpakaian dan asesoris yang mereka pakai sih sepertinya mereka anak kuliahan semester 3 lah, tapi mukanya tua sih hahaha jadi antara 3 atau 5 atau malah lagi skripsi? entahlah.

Yang menarik adalah apa yang gue temukan di depan gue. Bahkan sempat gue ambil fotonya : 





Dua orang insan muda yang sedang menjalin cinta. Oke, bukan. Sepertinya dua orang ini hanya berteman atau bersahabat, atau lagi pendekatan? Dari gaya dan table mannernya, kelihatan cewek ini adalah cewek yang hmm mungkin sedikit high maintainance, classy dan elegant. Umurnya gue tebak antara 28-30an. Sedangkan cowoknya lebih cuek, makannya juga santai, gak pake manner-manneran, gaya bicaranya juga santai dan terbuka. Beda sama ceweknya yang terlihat lebih jaga sikap.

Gue dan temen gue iseng menerka-nerka apa yang kira-kira sedang mereka bicarakan? Tentang pekerjaan kah? Masa depan? Masa lalu? Atau masa sekarang? Tidak mungkin kalau soal pekerjaan karena itu hari minggu, lalu tentang apa? Di sini cowoknya lebih banyak berbicara, ceweknya lebih banyak diam mendengarkan. Oh well, menurut gue kalo misalkan cowok itu lagi pdkt, dia akan gagal. Karena satu kunci deketin cewek itu adalah : be a good listener.

Dari jari tangan mereka, gue gak melihat ada cincin kawin melingkar, jadi gue ambil kesimpulan sementara kalau dua orang ini belom married, dan dari bahasa tubuhnya juga sepertinya belom pacaran.

Mereka terlihat santai, ngobrol, ketawa-ketawa. Terlihat sangat menikmati orbrolan mereka. Lepas.

Lepas dari mengamati pasangan ini, pandangan gue beralih lagi ke meja berikutnya :






Pasangan muda, berbaju kompak merah-merah. Mereka membawa dua anak, keduanya laki-laki kalau gue tidak salah. Umur mereka gue tebak lebih muda dibandingkan pasangan sebelumnya, sekitar 25-27an, atau gaya mereka berpakaian aja ya yang membuat mereka terlihat lebih santai dan casual?

Saya melihat mereka sedikit sekali ngobrol, mereka sibuk dengan anak mereka. Mungkin karena anak-anaknya masih kecil, sekitar 3-4 tahun, makan pun masih harus disuapin. Boro-boro ngobrol seru kayak pasangan yang sebelumnya, pasangan ini makan buat dirinya sendiripun susah karena ngurusin anaknya. Kayak keliatan stres gitu.

Beda? Banget. Ekspresi si pasangan merah-merah ini juga terlihat tidak bahagia, kelelahan, tidak sumringah seperti pasangan sebelumnya. Mungkin kelelahan mengurus bayi? Bahagia kah mereka?

Temen gue yang sarjana sosiologi pernah bilang "Kalo udah nikah itu orientasinya bukan cinta lagi atau pasangan, tapi lebih ke tanggung jawab membesarkan anak-anak. Jadi semakin tua usia pernikahan, cinta bisa jadi makin pudar dan hilang di antara pasangan."

Menurut gue, sesibuk-sibuknya pasangan menjadi orang tua, tapi mereka harus juga menyempatkan diri untuk having quality time dengan pasangannya saja. Menghabiskan waktu berdua kayak waktu pacaran dulu hehehe. Jadi ikatan pernikahan juga makin kuat walaupun sudah termakan usia.

Aseekk. Ngomong apa lo, Den? Kayak yang udah nikah aja hahaha.

*brb cari calon suami*

09 October 2012

Review Perahu Kertas 2

0 comments

Perahu Kertas 2

Oke gue nangis hampir sepanjang film nontonnya.
Cengeng banget sih lu, Den. Iya emang, bodo amat.

Tapi iya, gue dapet banget pesan dari film ini. Sori gue gak bahas Perahu Kertas 1 sebelumnya, karena menurut gue itu cuma prolog aja. Keseluruhan isi film bisa didapat dari Perahu Kertas 2.

Cerita tentang Kugy, Keenan, Remi dan Luhde ini adalah tentang keikhlasan melepaskan seseorang yang kita cintai dan keberanian kita untuk jujur pada hati kita sendiri.

Kugy dan Keenan, mereka diam-diam saling jatuh cinta apa adanya. Melalui kecocokan pemikiran dan kesamaan bakat seni. Kugy yang suka menulis dongeng dan Keenan yang suka melukis. Mereka saling mengerti satu sama lain, bahkan mereka memiliki radar neptunus yang selalu menghubungkan mereka. Tapi hanya sebatas itu, sebatas sahabat. Karena tidak satupun dari mereka yang berani mengungkapkan perasaan mereka sebenarnya.

Keenan dan Luhde, pasangan serasi kalau kata Remi. Tiga tahun tinggal bersama di Bali membuat mereka dekat, sama-sama seniman. Tapi Luhde tau, siapa sumber inspirasi Keenan sebenarnya; Kugy, bukan dirinya.

Kugy dan Remi, adalah teman sekantor. Mereka pacaran beberapa tahun. Namun, masalah terjadi ketika Remi menunjukan keseriusan komitmennya dengan memberikan cincin kepada Kugy. Dimulailah perang batin Kugy dari sini. Antara Remi atau Keenan.

Saat Kugy galau, Kugy datang ke rumah kakaknya. Kakaknya bilang :
"Gy, dari dulu kalo lo cerita tentang Keenan ya, gue liat mata lo tuh berbinar-binar, lo lebih hidup, kayak lo tiba-tiba jadi punya dua nyawa aja gitu. Sedangkan gue gak liat itu saat lo sama Remi."

Terus scene ini :



Di scene ini Kugy bilang :
"Aku gak mau ya Nan, nanti sepuluh, dua puluh, tiga puluh tahun lagi aku ngerasain sakit kayak gini saat ketemu kamu. Aku gak mau."

Kugy akhirnya jujur dengan perasaannya dan menahan Keenan untuk pergi.

Tapi Keenan terlalu angkuh dengan bilang "Kamu bisa Gy, kita bisa"

Lalu mereka berpisah dan melanjutkan hidup dengan pasangan masing-masing. Kugy dengan Remi dan Keenan dengan Luhde.

Tapi pada akhirnya, Remi dan Luhde sadar. Mereka memang memiliki pasangan mereka, tapi mereka tau bahwa hati pasangannya tidak pernah menjadi milik mereka.

"Ada saatnya cinta harus dilepas, tidak digenggam dengan begitu erat. Bahwa ada saatnya kita tidak perlu berlari, tapi berhenti, melihat sekeliling, dan tersenyum."

Pada akhirnya mereka melepas orang yang mereka cintai.

Luhde melepas Keenan :
"Hati itu dipilih, bukan memilih. Hati Keenan bukan untuk Luhde, bahkan ukiran ini bukan inisial nama Luhde"






dan Remi melepas Kugy :
"Carilah orang yang mau memberimu segalanya, tanpa kamu perlu meminta apa-apa"

Jika kamu sampai harus meminta sesuatu untuk membuktikan cintanya kepada kamu, berarti dia tak sepenuhnya mencintai kamu.



Mungkin memang kadang ada benarnya juga quote "Kamu akan lebih bahagia tanpa aku". Ada saatnya kita melepas seseorang yang kita sayang, bukan karena lelah berjuang, tapi dengan melepasnya, mereka akan lebih bahagia.

Karena untuk apa memiliki mereka, tapi hatinya tidak pernah untuk kita? Itu akan menyakitkan semua pihak, gak hanya untuk sekarang tapi di masa depan. 

Satu pihak selalu berpura-pura membuktikan cinta kepada pasangannya (yang sebenarnya tidak pernah ada), sedangkan pasangannya mati-matian juga berusaha memberikan seluruhnya dan berakhir menyakiti dirinya sendiri asal tetap bersama.

Seperti kata Kahlil Gibran, 

"Cinta tidak akan tercipta karena keakraban yang lama atau pendekatan yang tekun. Cinta adalah kecocokan jiwa. Dan jika itu tidak pernah ada, maka cinta tidak akan pernah tercipta. Dalam hitungan tahun bahkan millenium."

08 October 2012

Perahu Kertas

0 comments

My favorite scenes from Perahu Kertas


Di Perahu Kertas pertama, ada scene di atas rel kereta api Bandung-Jakarta.
Rel kereta yang membentang di perbukitan Parahyangan menurut gue itu romantis,
seru dan somehow it brings back old romantic story hihi.

Gue cuma sekali naik kereta dari Bandung ke Jakarta.
Tapi sekalinya itu berkesan banget.
Secara gue dulu baru sekali seumur hidup naik kereta antar kota.
Duduk di dekat jendela sebelah kiri, mata gue ga lepas dari pemandangan alam.
Gue bahkan ngeliat air terjun yang tinggi banget dari atas bukit, memang agak nyelip dan gak terlalu keliatan.

Makanya tiap gue tanya temen gue yang pernah naik kereta Bandung-Jakarta,
mereka bilang gak pernah liat air terjun seperti itu.
Well, maybe that's my luck bisa ngeliat pemandangan seindah itu.


Everyday I Love You

0 comments

Masih ingat post saya sebelumnya tentang Percakapan Di Atas Rel?
Ya, saya bercerita ada salah satu teman saya yang ibunya terkena penyakit Alzheimer.
Dulu sekali, saya pernah menonton film korea yang judulnya Moment To Remember. Dari film itulah saya mengetahui penyakit Alzheimer, salah satu penyakit lupa ingatan kambuhan. Sang penderita hanya mengingat hal-hal yang sudah tertanam lama di benaknya, sedangkan seringkali melupakan hal-hal baru yang masuk ke memorinya.

Ini salah satu capture bbm dari teman saya mengenai kondisi ibunya : 
















Jujur saya sedih membacanya. Bayangkan perasaan ayahnya? 
Sang penderita bahkan lupa bahwa laki-laki yang selama lebih dari 20 tahun menjadi suaminya selama ini. Dia kira laki-laki tersebut hanya numpang di rumahnya.
Dia bahkan mengusir laki-laki tersebut dari rumahnya.

Bagaimana rasanya? Menjadi orang yang dilupakan?

Kalau di film Moment To Remember, sang suami terus mengingatkan istrinya yang menderita Alzheimer tersebut. Setiap hari, dia membuat post notes, menempel foto-foto pernikahan mereka, bercerita tentang mereka setiap hari. For short, sang suami mencoba membuat istrinya jatuh cinta setiap hari.

Bayangkan hari ini dia bilang mencintai kita, lalu besoknya dia memperlakukan kita seperti orang asing yang sama sekali tidak mengenal kita. Walaupun kita tau dia seperti itu karena penyakitnya, bukankah tetap saja rasanya sakit?

Jatuh cinta sendiri saja sulit. Membuat orang jatuh cinta kepada kita lebih sulit lagi. Apalagi kalau kita harus melakukannya setiap hari?

Jadi, jika kamu yang di posisi laki-laki itu, apakah kamu akan melakukan hal yang sama?

05 October 2012

Are You Sure?

0 comments

"Are you sure you're the heroine of your own story, instead of just a supporting role, to complete someone else's story?"


Kadang-kadang aneh sekali rasanya menghadapi kenyataan, bahwa suka atau tidak, kehidupan kita ini akan selalu beririsan dengan kehidupan orang lain. Mulai dari cara yang paling sederhana, hingga cara yang paling rumit, seperti di film-film semacam serendipity.

Keputusan saya, memilih kaos bunga-bunga yang membuat saya menghabiskan 30 menit untuk berdandan, dan akhirnya terlambat berangkat ke kantor, bisa saja mempengaruhi kehidupan orang lain. Siapa saja. Sopir angkot yang harus berhenti beberapa detik untuk memberi jalan pada mobil saya, tukang nasi uduk yang dagangannya tidak jadi saya beli karena sudah tidak ada waktu, atau bahkan petugas tol yang harus menahan pipis sebentar karena harus melayani pembayaran saya dulu.

A simple tinniest decision we've made, affect others.


Then, how can you be sure, that the life you're living now, is designed personally for you ? How about, if at the end, it's just a little unimportant scene, from a bigger story, that not even yours?

And all the sadness, fuzz, craziness, --any other mixed feelings that you feel all along--what's the importance of it all ?

We laughed our ass off, my friend and I. The idea of 'our complicated story is just a part of someone else's happy ending' stabbed us right on the heart. What we have now are weird enough, we don't need them to be any weirder.

But then, another friend barged in. He said, "Over the years, I came to conclusion : It doesn't matter anymore whose story ends how. Just keep swimming. Like Dory the fish said."

We laughed louder. I ended up our late night discussion, and went to sleep in agony.

End of The Road

0 comments

There's a girl walking down the street with her sparkling eyes.
She has all the weapons she needs; a sweetheart look, a wizard brain, a daring mind and a decent personality that could make anyone fall.

Yet she keeps asking about what's so wrong with her, she, by all odds, knows that something must be fixed. She's like a plague, an epidemic disease that easily infect others, and brings hearts down into her conflicting world. And she's looking so far for the cure, for which, she collects souls to mend her own self.

And the girl keep going, for an address she doesn't know where.
"I'll find it by the end of the road", says her.

Now, fight!