09 October 2012

Review Perahu Kertas 2


Perahu Kertas 2

Oke gue nangis hampir sepanjang film nontonnya.
Cengeng banget sih lu, Den. Iya emang, bodo amat.

Tapi iya, gue dapet banget pesan dari film ini. Sori gue gak bahas Perahu Kertas 1 sebelumnya, karena menurut gue itu cuma prolog aja. Keseluruhan isi film bisa didapat dari Perahu Kertas 2.

Cerita tentang Kugy, Keenan, Remi dan Luhde ini adalah tentang keikhlasan melepaskan seseorang yang kita cintai dan keberanian kita untuk jujur pada hati kita sendiri.

Kugy dan Keenan, mereka diam-diam saling jatuh cinta apa adanya. Melalui kecocokan pemikiran dan kesamaan bakat seni. Kugy yang suka menulis dongeng dan Keenan yang suka melukis. Mereka saling mengerti satu sama lain, bahkan mereka memiliki radar neptunus yang selalu menghubungkan mereka. Tapi hanya sebatas itu, sebatas sahabat. Karena tidak satupun dari mereka yang berani mengungkapkan perasaan mereka sebenarnya.

Keenan dan Luhde, pasangan serasi kalau kata Remi. Tiga tahun tinggal bersama di Bali membuat mereka dekat, sama-sama seniman. Tapi Luhde tau, siapa sumber inspirasi Keenan sebenarnya; Kugy, bukan dirinya.

Kugy dan Remi, adalah teman sekantor. Mereka pacaran beberapa tahun. Namun, masalah terjadi ketika Remi menunjukan keseriusan komitmennya dengan memberikan cincin kepada Kugy. Dimulailah perang batin Kugy dari sini. Antara Remi atau Keenan.

Saat Kugy galau, Kugy datang ke rumah kakaknya. Kakaknya bilang :
"Gy, dari dulu kalo lo cerita tentang Keenan ya, gue liat mata lo tuh berbinar-binar, lo lebih hidup, kayak lo tiba-tiba jadi punya dua nyawa aja gitu. Sedangkan gue gak liat itu saat lo sama Remi."

Terus scene ini :



Di scene ini Kugy bilang :
"Aku gak mau ya Nan, nanti sepuluh, dua puluh, tiga puluh tahun lagi aku ngerasain sakit kayak gini saat ketemu kamu. Aku gak mau."

Kugy akhirnya jujur dengan perasaannya dan menahan Keenan untuk pergi.

Tapi Keenan terlalu angkuh dengan bilang "Kamu bisa Gy, kita bisa"

Lalu mereka berpisah dan melanjutkan hidup dengan pasangan masing-masing. Kugy dengan Remi dan Keenan dengan Luhde.

Tapi pada akhirnya, Remi dan Luhde sadar. Mereka memang memiliki pasangan mereka, tapi mereka tau bahwa hati pasangannya tidak pernah menjadi milik mereka.

"Ada saatnya cinta harus dilepas, tidak digenggam dengan begitu erat. Bahwa ada saatnya kita tidak perlu berlari, tapi berhenti, melihat sekeliling, dan tersenyum."

Pada akhirnya mereka melepas orang yang mereka cintai.

Luhde melepas Keenan :
"Hati itu dipilih, bukan memilih. Hati Keenan bukan untuk Luhde, bahkan ukiran ini bukan inisial nama Luhde"






dan Remi melepas Kugy :
"Carilah orang yang mau memberimu segalanya, tanpa kamu perlu meminta apa-apa"

Jika kamu sampai harus meminta sesuatu untuk membuktikan cintanya kepada kamu, berarti dia tak sepenuhnya mencintai kamu.



Mungkin memang kadang ada benarnya juga quote "Kamu akan lebih bahagia tanpa aku". Ada saatnya kita melepas seseorang yang kita sayang, bukan karena lelah berjuang, tapi dengan melepasnya, mereka akan lebih bahagia.

Karena untuk apa memiliki mereka, tapi hatinya tidak pernah untuk kita? Itu akan menyakitkan semua pihak, gak hanya untuk sekarang tapi di masa depan. 

Satu pihak selalu berpura-pura membuktikan cinta kepada pasangannya (yang sebenarnya tidak pernah ada), sedangkan pasangannya mati-matian juga berusaha memberikan seluruhnya dan berakhir menyakiti dirinya sendiri asal tetap bersama.

Seperti kata Kahlil Gibran, 

"Cinta tidak akan tercipta karena keakraban yang lama atau pendekatan yang tekun. Cinta adalah kecocokan jiwa. Dan jika itu tidak pernah ada, maka cinta tidak akan pernah tercipta. Dalam hitungan tahun bahkan millenium."

0 comments:

Post a Comment