27 June 2011

Tuesdays With Morrie

0 comments

"Berbuatlah apapun yang sesuai dengan kata hati.
Apabila kita berbuat demikian, kita tidak akan merasa kecewa, kita tidak akan merasa iri, kita tidak akan mendambakan milik orang lain. Sebaliknya, kita kewalahan dengan ganjaran yang akan kita terima.

"Yang sangat didambakan oleh orang-orang ini pada dasarnya adalah kasih sayang.
Namun, karena tidak mendapatkannya, mereka mengikatkan diri pada harta benda dan mengharapkan semacam kepuasan dari situ.
Akan tetapi usaha mereka tidak pernah berhasil. 
Kita tidak pernah dapat menukar cinta, kelembutan, 
keramahan, atau rasa persahabatan dengan harta benda."


Ada beberapa aturan yang menurutku berlaku untuk cinta dan perkawinan :
1. Kalau kita tidak menghormati pihak yang lain, kita akan mendapatkan banyak masalah.
2. Kalau kita tidak tahu cara berkompromi, kita akan mendapatkan banyak masalah.
3. Kalau kita tidak mampu bicara terbuka tentang apapun yang terjadi di antara kita dan pasangan, kita akan mendapatkan banyak masalah.
4. Kalau kita tidak memiliki seperangkat nilai yang kita sepakati bersama dalam hidup,kita akan mendapatkan banyak masalah. Nilai-nilai yang kita anut harus sama."

04 June 2011

Apakah Globalisasi Telah Menggerus Kebudayaan Sunda?

0 comments
Judul di atas merupakan pertanyaan yang menantang kita untuk menjawabnya. Apakah benar globalisasi telah menggerus nilai-nilai kebudayaan Sunda yang luhur?

Orang Sunda adalah kelompok etnis terbesar kedua di Indonesia. Jika ditelusuri, terdapat sejarah kerajaan Tarumanegara yang menjadi asal-usul nenek moyang orang Sunda. Asal-usul inilah yang kemudian menciptakan sebagian besar budaya Sunda yang terbawa hingga sekarang. Keberhasilan sejarah di masa lalu yang diciptakan pada masa kerajaan tersebut berdampak pada kentalnya budaya masa lampau dan mempengaruhi nilai-nilai yang dianut masyarakat Sunda hingga kini.

Namun, pada masa modernisasi saat ini tampaknya budaya Sunda semakin bergeser eksistensinya. Hal ini dapat disebabkan oleh gempuran budaya asing ke dalam nilai-nilai budaya Sunda sehingga terjadi pergeseran nilai-nilai luhur yang ada di dalam budaya Sunda itu sendiri. Contoh yang paling dekat dalam kehidupan sehari-hari adalah penggunaan bahasa Sunda, terutama oleh generasi muda yang semakin ditinggalkan. Penggunaaan bahasa Sunda semakin jarang digunakan akhir-akhir ini. Malah generasi muda menganggap penggunaan bahasa Sunda ketinggalan jaman dan “gak gaul”.

Bahkan mahasiswa yang mengambil jurusan Sastra Sunda saja merasa minder dan tidak percaya diri dengan jurusan yang diambilnya. Padahal seharusnya dia bangga sehingga dia dapat meneruskan pakar-pakar budaya Sunda yang semakin ke sini semakin berkurang akibat tidak adanya regenerasi.

Hal ini sangat memprihatinkan bahwa anak muda jaman sekarang lebih hedonis dan hanya memikirkan kepentingan-kepentingan individualis yang dapat menguntungkan dirinya. Idealisme untuk memajukan kebudayaan bangsa sendiri semakin tergerus oleh kenyataan yang ada bahwa untuk bisa bertahan hidup, kita harus realistis, sehingga idealisme itu semakin mengendur. Ditambah lagi dengan adanya sikap senioritas para generasi sebelumnya yang menganggap generasi muda sekarang “terlalu kreatif” dan bertentangan dengan pemahaman yang dianut oleh generasi sebelumnya. Penolakan-penolakan ide kreatif tersebut pada akhirnya membuat generasi muda malas dan apatis terhadap budayanya sendiri. Hal ini tentunya merugikan sekali karena perkembangan budaya jadi terhambat.
Makna kata Sunda sangat luhur, yakni cahaya, cemerlang, putih, atau bersih. Makna kata Sunda itu tidak hanya ditampilkan dalam penampilan, tapi juga didalami dalam hati. Karena itu, orang Sunda yang 'nyunda' perlu memiliki hati yang luhur pula.
Makna yang dalam ini perlu diresapi ke dalam hati kita yang bersih agar kita merasa memiliki dan mencintai kebudayaan Sunda yang kita miliki. Rasa memiliki itu akan berkembang menjadi rasa bangga yang kemudian rasa bangga tersebut melahirkan langkah tindakan untuk memajukan budaya Sunda dan membawanya ke lingkup nasional bahkan internasional sehingga budaya Sunda tidak lagi terbelakang dan tertutup oleh modernisasi yang menganggap budaya asing lebih baik dibanding budaya bangsa sendiri. Justru langkah maju tersebut menjadikan budaya Sunda gemerlap dan menjadi primadona di mata dunia internasional.