15 May 2010

Analisis Diri

Daya serap informasi : Cepat tanggap. Lebih mengutamakan respon cepat atas adanya informasi yang diterima. Mudah sekali tertarik pada hal-hal baru, namun cepat jenuh dan kurang fokus pada satu hal secara berkesinambungan. Kekurangan lain adalah kurangnya perhatian pada detail dan ketelitian
Daya respon tindakan : Bertindak relatif lebih cepat responsif, kurang hati-hati
Kekuatan motivasi : Perasaan, emosi/mood dan pengaruh adaptasi lingkungan
Dominasi otak : otak kanan 51,58% dan otak kiri 49,42%
Karakter kepribadian : Dominan, lebih mengutamakan eksistensi diri (?)
Dalam pergaulan : Seimbang, 50% ektrovert dan 50% introvert. Ambivert!
Dalam berfikir : Subyektif, lebih mengandalkan feeling
Dalam menerima informasi : lebih mempercayai opini ketimbang fakta
Dalam bertindak : Lebih terencana dan tersktuktur ketimbang bertindak fleksibel tidak terencana
Gaya berfikir : Konvensional, lebih holistik, tidak struktural
Gaya belajar : Auditory-Musical learner
Posisi pekerjaan terkait : MANAJERIAL (Alhamdulillah saya gak salah pilih jurusan)
Gaya bekerja dominan : Eksekutif, bekerja dalam tata aturan yang jelas dan jenjang karir yang pasti
Kekuatan intelegensi : Emotional Intelligence 43,3%, Intelectual Intelligence 26,75% dan Skill Intelegence 29,88%
Potensi bakat : Interpersonal

Tulisan di atas adalah report dari hasil analisa sidik jari saya. Kalo berdasarkan sidik jari, berarti hal tersebut bersifat genetis, turunan dari orang tua saya. Tapi beberapa hal ada yang gak sesuai sebenernya, kadang beberapa temen bilang kalo saya lebih bisa menahan emosi dan berpikir pake logika jika dihadapkan pada masalah, tapi kenyataannya otak saya berkata lain haha.

Terus yang saya penasaran adalah distribusi dominan otak saya, disitu terlihat jelas sekali kalo EQ saya lebih tinggi dibanding IQ dan SQ. Oke kalo itu bener banget kayaknya, saya ga merasa pinter soalnya. Terakhir tes IQ juga cuma 113 kalo ga salah. Karena penasaran, akhirnya saya googling tentang EQ ini, karena terakhir yang saya tau menurut penelitan, EQ itu lebih penting dibandingkan IQ (no offense ya).

Inilah hasil googling saya :
Apa itu Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient)?

Emotional Intelligence (EI) adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan mengelola perasaannya sendiri dan orang lain, dan menggunakan informasi tersebut sebagai pedoman untuk mempersiapkan kepada yang lebih baik, membuat keputusan yang lebih baik, berpikir lebih kreatif, memotivasi diri sendiri dan orang lain, dan menikmati kesehatan yang lebih baik, hubungan yang lebih baik dan kehidupan yang lebih bahagia.

Emotional Intelligence (EI) sering diukur sebagai Emotional Intelligence Quotient (EQ).

Social and emotional learning (SEL) adalah proses belajar untuk mencapai EQ yang lebih tinggi. Studi menunjukkan bahwa EQ adalah alat prediksi terbaik dari prestasi masa depan anak; lebih baik daripada faktor apa pun. Sebagian orang mengatakan bahwa EQ adalah alat prediksi yang lebih baik atas kesuksesan daripada IQ atau kombinasi keterampilan tekhnis.

Mengapa harus Mengembangkan Emotional Intelligence?

Walaupun prestasi akademik sangat penting, ada banyak hal-hal lain yang lebih penting dalam hidup kita. Kestabilan emosional tidak hanya berkontribusi pada prestasi akademik, tetapi juga pada kesehatan fisik yang lebih baik, keluarga bahagia dan pengalaman kerja yang memuaskan dalam hidup kita.

Anak-anak yang memiliki Kecerdasan Emosional (EQ) yang tinggi biasanya lebih menonjol dari yang lain. Mereka lebih baik dalam mengendalikan dorongan hati, komunikasi, dalam membuat keputusan bijaksana, dalam memecahkan masalah, dan bagaimana bekerja dengan orang lain, yang mengakibatkannya lebih sehat, lebih bahagia dan lebih sukses kehidupannya.

Seperti apa Keadaan emosional anak yang baik?

* Mengutarakan perasaan mereka dengan jelas dan langsung
* lebih bisa mengendalikan dorongan-dorongan dan keinginan mereka.
* Tidak didominasi oleh emosi negatif seperti rasa takut, kekhwatiran, rasa bersalah, rasa malu, Kekecewaan, rasa putus asa, merasa tidak berdaya, Ketergantungan, pembohongan, Putus Asa.
* Bisa menyeimbangkan perasaan dengan alasan, logika, dan kenyataan.
* Percaya diri
* Independen (mandiri)
* Bisa Memotovasi diri
* Optimistis
* Mengerti perasaan orang lain
* Pembelajar yang baik
* Lebih bertanggung jawab
* Mampu bertahan melawan tekanan
* Mampu menyelesaikan konflik dengan baik
* Memahami rasa putus asa dengan baik
* Tidak terlibat dalam perilaku yang merusak diri seperti narkoba, alkohol
* Memiliki lebih banyak teman
* Di sekolah, mereka lebih baik secara akademis dan mampu menciptakan suasana aman, nyaman, yang membuatnya lebih mudah untuk belajar.

Oke, mungkin kesimpulan yang bisa saya ambil dari artikel dan analisis saya sama diri saya sendiri, otak saya emang dominan otak kanan yang lebih didasarkan sama feeling atau perasaan. Terus kenapa temen-temen bilang kalo saya lebih logis dibanding kebawa perasaan? ya mungkin karena kekuatan intelegence saya ada di EQ, jadi saya bisa menyeimbangkan perasaan dengan alasan, logika, dan kenyataan. Iya, terkadang emang susah, apalagi kalo harus memilih antara logika atau perasaan. Ujung-ujungnya adalah air mata.

Oh iya, kalo ada yang mau ikut test analisa sidik jari, check this out

0 comments:

Post a Comment